Hubuddunya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَالْحَيَاةُالدُّنْيَاإِلاَّمَتَاعُالْغُرُوْ

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)


Rabu, 04 Mei 2016

Hubbud Dunya adalah cinta dunia yang berlebihan, merupakan induk segala kesalahan (maksiat) serta perusak agama.



Penyakit inilah yang menyebabkan seorang muslim menjadi lemah. Sehingga musuh-musuh dengan leluasa menebar rasa takut dan sifat pengecut dalam dirinya, syaitan-syaitan (manusia dan jin) dengan mudah menyesatkannya. Sementara orang-orang kafir dan musuh Islam lainnya memandangnya dengan sebelah mata.
Karenanya Nabi kita Muhammad Saw. telah memberikan wasiatnya, yang merupakan formula bagi jenis penyakit tersebut. Rasulullah Saw. bersabda,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur segala kelezatan, yaitu kematian.” (HR. An-Nasaa’i No. 1824, Tirmidzi No. 2307 dan Ibnu Majah No. 4258 dan Ahmad. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Albani).
Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi Saw. bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Albani).
Benar-lah apa yang disabdakan Nabi kita Muhammad Saw. bahwa hakekat kematian itu adalah penghancur dari segala ketamakan dan kerakusan, meluluh-lantakkan kepongahan dan kesombongan, pemutus segala kelezatan dan kenikmatan, penghancur semua impian dan harapan yang semu, tidak ada obat yang paling bermanfaat dan mujarab bagi hati yang kelam selain mengingat kematian, ia akan menghalangi seseorang dari kemaksiatan, melembutkan dan menyinari hati dari kegelapan, mengusir kesenangan terhadap dunia serta membuat ringan musibah yang datang menimpa.
Al-Imam Ad-Daqqiq rah. berkata :
مَنْ أَكْثَرَ ذِكَرَ المَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةٍ: تَعْجِيلِ التَّوْبَة ، وَقَنَاعَةِ القَلْبِ ، وَنَشَاط العِبَادَةِ ، “وَمَنْ نَسِيَ المَوْتَ عُوجِلَ بِثَلَاثَةٍ : تَسْوِيفِ التَّوْبَةِ، وَتَرْكِ الرِّضَا بِالْكَفَافِ ، والتَّكَاسُلِ فِي العِبَادَةِ.”
“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka akan dimuliakan dengan tiga hal; bersegera dalam bertaubat, puas hati dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa akan kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; mengundur taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.” Lihat kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya besar Al-Imam Al-Qurthubi rah.)
Di dalam hadits Jabir bin Abdullah ra. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
قَالَ لِي جِبْرِيْلُ : يَا مُحَمَّدَ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُلَاقِيْهِ
“Berkata Jibril kepadaku, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mati, dan cintailah siapa yang engkau kehendaki, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan beramal-lah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan menemui amal-mu tersebut.’“ (Shahih Al-Jami’ No. 4355, Hadits Hasan)
Menemui amal-mu adalah untuk di-hisab. Al-Hisab artinya hitungan atau pemeriksaan, maksudnya bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas amal perbuatannya di dunia ini. Adapun orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya, maka akan dihitung dan diperiksa amalnya dengan pemeriksaan yang mudah, yaitu Al-Ardhu (pemaparan).
Dari Aisyah ra.ha. bahwa Rasulullah Saw. menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman, “Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?.” Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Hal itu adalah Al ‘Ardhu. Namun barangsiapa yang ditanya tentang hisabnya, maka ia akan binasa.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Ardhu sebagaimana disebutkan dalam Tafsir As-Sa’di, “Allah menetapkan bagi hamba akan dosa-dosanya, setelah dia merasa akan binasa, Allah Swt. berfirman : “Aku telah menutupi dosa-dosa tersebut atasmu di dunia, maka pada hari ini Aku tutup dosa-dosamu untukmu.“
Mengingat berat dan mengerikannya hari hisab itu sungguh benar-lah perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i rah.,
إِنَّ للهِ عِبَاداً فُطَنَا – طَلَّقُوا الدُّنْيَا وخَافُوا الفِتَنَا
نَظَروا فيهَا فَلَمَّا عَلِمُوا – أَنَّهَا لَيْسَتْ لِحَيٍّ وَطَنَا
جَعَلُوها لُجَّةً واتَّخَذُوا – صَالِحَ الأَعمالِ فيها سُفُنا
Sesungguhnya Allah,
memiliki hamba-hamba yang cerdas
mereka meninggalkan dunia
karena takut terhadap fitnahnya
Mereka melihat dan memperhatikan dunia,
maka tatkala mereka mengetahui
bahwa dunia bukanlah tempat tinggal (Hakiki) bagi yang hidup
Maka mereka menjadikannya sebagai samudera
sedang amal shalih sebagai bahteranya.
(dinukil dari Al-Imam An-Nawawi rah. dalam Kitab Riyadhus Shalihin)
Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i rah.,
يا واعظ الناس عما أنت فاعله = يا من يعد عليه العمر بالنَّفسِ
أحفظ لشيبك من عيبٍ تدنَّسه = إنَّ البياض قليلُ الحمل للدّنَسِ
كحامل لثياب الناس الناس يغسلُها = وثوبه غارقٌ في الرِّجس والنَّجسِ
تبغي النجاة ولم تسلك مسالكها = إن السفينة لا تجري على اليَبَسِ
ركوبُك النَّعش ينسيك الركوب على = ما كنت تركب من بغل ومن فرسِ
يوم القيامة لا مال ولا ولد = وضمَّة القبرِ تنسى ليلةَ العُرُسِ
Wahai manusia yang mengajak melakukan kebaikan
sebagaimana kau amalkan
Wahai manusia yang umurnya selalu dihitung dengan tarikan nafas
Jagalah masa tuamu dari perbuatan nista yang akan mengotori dirimu
Sesungguhnya baju putih itu peka terkena kotoran
Janganlah seperti binatu,
yang pekerjaannya mencuci pakaian orang lain
Sedangkan pakaiannya sendiri dibiarkan penuh kotoran dan najis
Kau mengharapkan kesuksesan
tapi enggan melangkahkan kaki ke jalan kesuksesan
Sesungguhnya perahu itu tidak bisa berjalan di atas daratan
Keranda mayat yang akan kau tumpangi
akan melupakan segala kendaraan yang pernah kau naiki
seperti keledai dan kuda
Pada hari kiamat nanti, tidaklah berguna harta dan anak
Dan himpitan alam kubur,
akan melupakan kenikmatan malam pertama (malam pengantin)
Kematian disebut haadzim (pemutus)
karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ »
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah Saw., lalu seorang Anshor mendatangi Beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?.” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?.”, ia kembali bertanya, Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Mengingat kematian membantu kita khusyu’ dalam shalat. Nabi Saw. bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana perkataan Syaikh Albani)
Semoga Allah Ta’ala tetap memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua agar hanya akhirat-lah tujuan hidup kita… Wallahua’lam bish-shawab…
Penyakit cinta dunia (hubbud-dunya) itulah salah satu sumber kehancuran utama umat Islam. Rasulullah saw bersabda: “Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam, dan apabila mereka meninggalkan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, maka akan diharamkan keberkahan wahyu, dan apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam pandangan Allah.” (HR Hakim dan Tirmidzi). Disegala bidang, penyakit hubbud-dunya (gila dunia) berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang SALAH bahwa dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah. ISLAM TIDAK MEMERINTAHKAN UMATNYA MENINGGALKAN DUNIA. TAPI, UMAT ISLAM DIPERINTAHKAN UNTUK MENAKLUKKAN DUNIA, UNTUK MELETAKKAN DUNIA DALAM GENGGAMANNYA, BUKAN DALAM HATINYA. Dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat. Semakin tinggi jabatan, kedudukan, dan semakin banyak nikmat yang diterima seseorang di dunia, maka semakin berat pula tanggung jawabnya di akhirat. Karena itu, sangatlah bodoh orang yang siang malam sibuk mengejar dunia demi tujuan2 kepuasan dunia semata. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al Qashash :77) Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa. Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. Cinta dunia adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Rasulullah saw bersabda, “Kalau begitu, bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73) Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, saum atau sedekah, dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia, jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. “Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mu’minuun {23} : 112-115) Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (al-Baqarah: 86) Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong “Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan (QS Yunus : 7-8) Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Allah SWT berfirman: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Hud[11]: 15-16). Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada Allah SWT. (Al Hadits) Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya JIKA TIDAK DIGUNAKAN DI JALAN ALLAH. Hal yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah “kecukupan” atau kekurangan “dunia” ini meracuni hati kita. Jika kita berkecukupan, jangan sampai kecukupan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi kurang mensyukuri nikmat Allah, banyak mengeluh dan minder. Dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memenuhi kekurangan kita. Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya tidak basah?” (Al-Hadits). “Dunia adalah manisan hijau. Dan Allah mengangkat kamu sebagai khalifah di atasnya, dan Dia menyaksikan bagaimana cara kamu bekerja.” (Al-Hadits). Cinta dunia adalah sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat rakus, tamak, bangga dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki. Dan orang yang cinta dunia akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya, hingga membuatnya lalai dari dzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia akan merugi, terlebih bila lalai dari zikrullah, ia akan hanya seperti mayat, karena bila hati sepi dari dikir ia akan dihuni dan disetir oleh setan sesuai kehendaknya. Jika seorang manusia telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk karena cinta dunia tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur. Yahya bin Mu’adz berkata, “Dunia itu araknya setan, barangsiapa mabuk karenanya, ia tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi”. ”Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.” (HR. Tirmidzi). Obat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita kepada dunia, yang mana Rasulullah saw telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Rasulullah saw bersabda: “zuhudlah di dunia maka ALLAH akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka ” (HR.ibnu majah dalam kitab zuhud ). BERIKUT INI INSYAALLAH LANGKAH-LANGKAH UNTUK BISA ZUHUD TERHADAP DUNIA Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. DAN KEHIDUPAN DUNIA INI TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN YANG MENIPU..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, saum atau sedekah, dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia, jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. Perbanyak mengingat kematian, Rasulullah saw bersabda “PERBANYAKLAH MENGINGAT SESUATU YANG MELENYAPKAN SEMUA KELEZATAN, YAITU KEMATIAN!” (HR. Tirmidzi). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. KEHIDUPAN DUNIA ITU TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN YANG MEMPERDAYAKAN”. (QS Ali Imran [3] : 185) Takut akan hari Penghisaban dan Penyaksian anggota tubuh kita. ALLAH MENCIPTAKAN TELINGA, MATA DAN KULIT YANG SELALU MENYERTAI KITA UNTUK MENGAWASI SEMUA GERAK-GERIK KITA DIMANA PUN KITA BERADA. SADARILAH, BAHWA ANGGOTA TUBUH KITA ITU AKAN MELAPORKAN SEMUA AKTIVITAS KITA KEPADA ALLAH PADA HARI PENYAKSIAN NANTI. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya : “sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa telah mereka kerjakan” (Q.S. Fushshilat : 20).“kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari penyaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Fushshilat {41} : 22) QANAAH (Pernah dibahas dalam tulisan status yang sudah lalu). Qanaah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi. Tujuan segenap ibadah ialah mengingat Allah dan hanya dengan terus menerus mengingat Allah (zikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta menyelamatkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini. Kuatnya iman seseorang dan menerapkan muraqabah (menerapkan kesadaran bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita dalam segala keadaan. Bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita rasakan, ucapkan dan kita perbuat) Aakan menghindari seseorang berbuat menghalalkan segala cara utk meraih dunia. Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat2 beribadah, kita lakukan dengan cara tulus ikhlas sepenuh hati kepada-Nya. Insya Allah, Allah akan menganugerahkan kehidupan yang manis, bersih, bahagia dan baik Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan kadang kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosialnya di masyarakat, NAMUN HAL TERSEBUT JANGAN SAMPAI MEMBUAT KITA TERJEBAK DAN TERPERANGKAP CINTA DUNIA. INGATLAH KITA HANYA HIDUP SEMENTARA DI DUNIA INI, SEMUA HARTA DUNIA YANG KITA BANGGAKAN, TIDAK AKAN KITA BAWA MATI, HANYA AMAL IBADAH, DAN AMAL KEBAIKANLAH YANG AKAN MENEMANI KITA HINGGA SAMPAI HARI KITA DIBANGKITKAN NANTI. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar