Penyakit
inilah yang menyebabkan seorang muslim menjadi lemah. Sehingga
musuh-musuh dengan leluasa menebar rasa takut dan sifat pengecut dalam
dirinya, syaitan-syaitan (manusia dan jin) dengan mudah menyesatkannya.
Sementara orang-orang kafir dan musuh Islam lainnya memandangnya dengan
sebelah mata.
Karenanya
Nabi kita Muhammad Saw. telah memberikan wasiatnya, yang merupakan
formula bagi jenis penyakit tersebut. Rasulullah Saw. bersabda,
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.
Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur segala kelezatan, yaitu kematian.” (HR. An-Nasaa’i No. 1824, Tirmidzi No. 2307 dan Ibnu Majah No. 4258 dan Ahmad. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Albani).
Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi Saw. bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah
banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika
seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa
lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia
tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Albani).
Benar-lah
apa yang disabdakan Nabi kita Muhammad Saw. bahwa hakekat kematian itu
adalah penghancur dari segala ketamakan dan kerakusan, meluluh-lantakkan
kepongahan dan kesombongan, pemutus segala kelezatan dan kenikmatan,
penghancur semua impian dan harapan yang semu, tidak ada obat yang
paling bermanfaat dan mujarab bagi hati yang kelam selain mengingat
kematian, ia akan menghalangi seseorang dari kemaksiatan, melembutkan
dan menyinari hati dari kegelapan, mengusir kesenangan terhadap dunia
serta membuat ringan musibah yang datang menimpa.
Al-Imam Ad-Daqqiq rah. berkata :
مَنْ
أَكْثَرَ ذِكَرَ المَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةٍ: تَعْجِيلِ التَّوْبَة ،
وَقَنَاعَةِ القَلْبِ ، وَنَشَاط العِبَادَةِ ، “وَمَنْ نَسِيَ المَوْتَ
عُوجِلَ بِثَلَاثَةٍ : تَسْوِيفِ التَّوْبَةِ، وَتَرْكِ الرِّضَا
بِالْكَفَافِ ، والتَّكَاسُلِ فِي العِبَادَةِ.”
“Barangsiapa
yang banyak mengingat kematian maka akan dimuliakan dengan tiga hal;
bersegera dalam bertaubat, puas hati dan semangat ibadah, dan
barangsiapa yang lupa akan kematian diberikan hukuman dengan tiga hal;
mengundur taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.” Lihat
kitab At Tadzkirah fi Ahwal Al Mauta wa Umur Al Akhirah, karya besar Al-Imam Al-Qurthubi rah.)
Di dalam hadits Jabir bin Abdullah ra. disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
قَالَ
لِي جِبْرِيْلُ : يَا مُحَمَّدَ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ،
وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ
فَإِنَّكَ مُلَاقِيْهِ
“Berkata
Jibril kepadaku, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya kamu
akan mati, dan cintailah siapa yang engkau kehendaki, karena
sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan beramal-lah sesukamu
karena sesungguhnya engkau akan menemui amal-mu tersebut.’“ (Shahih Al-Jami’ No. 4355, Hadits Hasan)
Menemui amal-mu adalah untuk di-hisab. Al-Hisab
artinya hitungan atau pemeriksaan, maksudnya bahwa setiap manusia akan
dimintai pertanggung jawaban atas amal perbuatannya di dunia ini. Adapun
orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya, maka
akan dihitung dan diperiksa amalnya dengan pemeriksaan yang mudah, yaitu Al-Ardhu (pemaparan).
Dari Aisyah ra.ha. bahwa Rasulullah Saw. menyatakan di dalam sabdanya:
مَنْ
حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ
تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا
ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman, “Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah?.” Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Hal itu adalah Al ‘Ardhu. Namun barangsiapa yang ditanya tentang hisabnya, maka ia akan binasa.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Al-Ardhu sebagaimana disebutkan dalam Tafsir As-Sa’di, “Allah menetapkan bagi hamba akan dosa-dosanya, setelah dia merasa akan binasa, Allah Swt. berfirman : “Aku telah menutupi dosa-dosa tersebut atasmu di dunia, maka pada hari ini Aku tutup dosa-dosamu untukmu.“
Mengingat berat dan mengerikannya hari hisab itu sungguh benar-lah perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i rah.,
إِنَّ للهِ عِبَاداً فُطَنَا – طَلَّقُوا الدُّنْيَا وخَافُوا الفِتَنَا
نَظَروا فيهَا فَلَمَّا عَلِمُوا – أَنَّهَا لَيْسَتْ لِحَيٍّ وَطَنَا
جَعَلُوها لُجَّةً واتَّخَذُوا – صَالِحَ الأَعمالِ فيها سُفُنا
Sesungguhnya Allah,
memiliki hamba-hamba yang cerdas
mereka meninggalkan dunia
karena takut terhadap fitnahnya
Mereka melihat dan memperhatikan dunia,
maka tatkala mereka mengetahui
bahwa dunia bukanlah tempat tinggal (Hakiki) bagi yang hidup
Maka mereka menjadikannya sebagai samudera
sedang amal shalih sebagai bahteranya.
(dinukil dari Al-Imam An-Nawawi rah. dalam Kitab Riyadhus Shalihin)
Berkata Al-Imam Asy-Syafi’i rah.,
يا واعظ الناس عما أنت فاعله = يا من يعد عليه العمر بالنَّفسِ
أحفظ لشيبك من عيبٍ تدنَّسه = إنَّ البياض قليلُ الحمل للدّنَسِ
كحامل لثياب الناس الناس يغسلُها = وثوبه غارقٌ في الرِّجس والنَّجسِ
تبغي النجاة ولم تسلك مسالكها = إن السفينة لا تجري على اليَبَسِ
ركوبُك النَّعش ينسيك الركوب على = ما كنت تركب من بغل ومن فرسِ
يوم القيامة لا مال ولا ولد = وضمَّة القبرِ تنسى ليلةَ العُرُسِ
Wahai manusia yang mengajak melakukan kebaikan
sebagaimana kau amalkan
Wahai manusia yang umurnya selalu dihitung dengan tarikan nafas
Jagalah masa tuamu dari perbuatan nista yang akan mengotori dirimu
Sesungguhnya baju putih itu peka terkena kotoran
Janganlah seperti binatu,
yang pekerjaannya mencuci pakaian orang lain
Sedangkan pakaiannya sendiri dibiarkan penuh kotoran dan najis
Kau mengharapkan kesuksesan
tapi enggan melangkahkan kaki ke jalan kesuksesan
Sesungguhnya perahu itu tidak bisa berjalan di atas daratan
Keranda mayat yang akan kau tumpangi
akan melupakan segala kendaraan yang pernah kau naiki
seperti keledai dan kuda
Pada hari kiamat nanti, tidaklah berguna harta dan anak
Dan himpitan alam kubur,
akan melupakan kenikmatan malam pertama (malam pengantin)
Kematian disebut haadzim (pemutus)
karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى
الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ
أَفْضَلُ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ
أَكْيَسُ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا
بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ »
Dari
Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah Saw., lalu
seorang Anshor mendatangi Beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai
Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?.” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?.”, ia kembali bertanya, Beliau bersabda, “Yang
paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam
mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling
cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).
Mengingat kematian membantu kita khusyu’ dalam shalat. Nabi Saw. bersabda,
اذكرِ
الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن
يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ
أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah
kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam
shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat
orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan
shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau
meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana perkataan Syaikh Albani)
Semoga Allah Ta’ala tetap memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua agar hanya akhirat-lah tujuan hidup kita… Wallahua’lam bish-shawab…
Penyakit cinta dunia
(hubbud-dunya) itulah salah satu sumber kehancuran utama umat Islam.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka
akan dicabutlah kehebatan Islam, dan apabila mereka meninggalkan
aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, maka akan diharamkan keberkahan
wahyu, dan apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam
pandangan Allah.” (HR Hakim dan Tirmidzi).
Disegala bidang, penyakit hubbud-dunya (gila dunia) berawal dari
penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang SALAH bahwa dunia ini
adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya,
jabatan dan harta dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk
meraih keridhaan Allah. ISLAM TIDAK MEMERINTAHKAN UMATNYA MENINGGALKAN
DUNIA. TAPI, UMAT ISLAM DIPERINTAHKAN UNTUK MENAKLUKKAN DUNIA, UNTUK
MELETAKKAN DUNIA DALAM GENGGAMANNYA, BUKAN DALAM HATINYA.
Dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Semua akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Allah di akhirat. Semakin tinggi jabatan, kedudukan, dan
semakin banyak nikmat yang diterima seseorang di dunia, maka semakin
berat pula tanggung jawabnya di akhirat. Karena itu, sangatlah bodoh
orang yang siang malam sibuk mengejar dunia demi tujuan2 kepuasan dunia
semata. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al Qashash :77)
Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa.
Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada
tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. Cinta dunia adalah
sesuatu yang sangat berbahaya. Rasulullah saw bersabda, “Kalau begitu,
bergembiralah dan berharaplah memperoleh sesuatu yang melapangkan diri
kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa
diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk
kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian
sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya
kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961)
dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud
hal. 73)
Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20) Cinta
dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah,
misalnya, shalat, saum atau sedekah, dan kalaupun kita tetap
melakukannya tapi tetap dikatakan sebagai urusan dunia, jika niatnya
ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka
menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mu’minuun {23} : 112-115)
Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang
hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api
neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an
sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan)
akhirat . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan
siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (al-Baqarah: 86) Itulah
orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat,
maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong
“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan)
pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta
merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang
selalu mereka kerjakan (QS Yunus : 7-8)
Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri
sendiri memikirkan yang tidak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin
serakah. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang
diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam
mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.
Allah SWT berfirman: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan
dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Hud[11]:
15-16).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dunia itu dilaknat, berikut
segenap isinya juga dilaknat, kecuali jika disertai untuk tujuan kepada
Allah SWT. (Al Hadits)
Segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tidak ada artinya. harta,
gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tidak akan ada artinya JIKA
TIDAK DIGUNAKAN DI JALAN ALLAH. Hal yang berarti dalam hidup ini
hanyalah amal-amal kita. Oleh sebab itu, jangan pernah “kecukupan” atau
kekurangan “dunia” ini meracuni hati kita. Jika kita berkecukupan,
jangan sampai kecukupan kita menjadikan kita sombong, dan jika kita
kekurangan, maka jangan sampai kekurangan kita itu, membuat kita jadi
kurang mensyukuri nikmat Allah, banyak mengeluh dan minder. Dan akhirnya
menghalalkan segala cara untuk memenuhi kekurangan kita. Rasulullah
saw bersabda, “Perumpamaan orang yang cinta pada dunia ibarat orang yang
berjalan di atas air. Dapatkah orang berjalan di atas air, kakinya
tidak basah?” (Al-Hadits). “Dunia adalah manisan hijau. Dan Allah
mengangkat kamu sebagai khalifah di atasnya, dan Dia menyaksikan
bagaimana cara kamu bekerja.” (Al-Hadits).
Cinta dunia adalah sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering
mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan didalam harta
benda terdapat banyak penyakit. Antara lain sifat rakus, tamak, bangga
dan angkuh, pamer terhadap yang dimiliki. Dan orang yang cinta dunia
akan sibuk mengurus hartanya dan terus berusaha untuk menambahnya,
hingga membuatnya lalai dari dzikir kepada Allah SWT. Ketahuilah
barangsiapa dilalaikan oleh harta bendanya, dia akan merugi, terlebih
bila lalai dari zikrullah, ia akan hanya seperti mayat, karena bila hati
sepi dari dikir ia akan dihuni dan disetir oleh setan sesuai
kehendaknya.
Jika seorang manusia telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan
menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak
kecil mempermainkan bola. Karena orang yang mabuk karena cinta dunia
tidak akan sadar kecuali setelah berada di dalam kubur. Yahya bin Mu’adz
berkata, “Dunia itu araknya setan, barangsiapa mabuk karenanya, ia
tidak akan segera sadar, kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang
mati dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang merugi”.
”Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwa Rasulullah
saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari
kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa ia
habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana
diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan ilmunya, apa yang diamalkannya.”
(HR. Tirmidzi).
Obat dari penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah kezuhudan kita
kepada dunia, yang mana Rasulullah saw telah mengajarkan kita ummatnya
untuk berlaku zuhud. Rasulullah saw bersabda: “zuhudlah di dunia maka
ALLAH akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di
sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka ” (HR.ibnu majah
dalam kitab zuhud ).
BERIKUT INI INSYAALLAH LANGKAH-LANGKAH UNTUK BISA ZUHUD TERHADAP DUNIA
Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara, “Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. DAN KEHIDUPAN DUNIA INI TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN
YANG MENIPU..” (Q.S. Al-Hadiid [57]:20) Cinta dunia adalah segala
sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah, misalnya, shalat, saum
atau sedekah, dan kalaupun kita tetap melakukannya tapi tetap dikatakan
sebagai urusan dunia, jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati
lalai terhadap Allah.
Perbanyak mengingat kematian, Rasulullah saw bersabda “PERBANYAKLAH
MENGINGAT SESUATU YANG MELENYAPKAN SEMUA KELEZATAN, YAITU KEMATIAN!”
(HR. Tirmidzi). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. KEHIDUPAN DUNIA ITU TIDAK LAIN HANYALAH
KESENANGAN YANG MEMPERDAYAKAN”. (QS Ali Imran [3] : 185)
Takut akan hari Penghisaban dan Penyaksian anggota tubuh kita. ALLAH
MENCIPTAKAN TELINGA, MATA DAN KULIT YANG SELALU MENYERTAI KITA UNTUK
MENGAWASI SEMUA GERAK-GERIK KITA DIMANA PUN KITA BERADA. SADARILAH,
BAHWA ANGGOTA TUBUH KITA ITU AKAN MELAPORKAN SEMUA AKTIVITAS KITA KEPADA
ALLAH PADA HARI PENYAKSIAN NANTI. Sebagaimana tertulis dalam
firman-Nya : “sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,
penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa
telah mereka kerjakan” (Q.S. Fushshilat : 20).“kamu sekali-kali tidak
dapat bersembunyi dari penyaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu
terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan
dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Fushshilat {41} : 22)
QANAAH (Pernah dibahas dalam tulisan status yang sudah lalu). Qanaah
artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki,
serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang
berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau
berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru
orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila
hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati
menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang
demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan
diri dari sifat serakah dan tamak.
Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati
dan meraih kehadiran Ilahi. Tujuan segenap ibadah ialah mengingat
Allah dan hanya dengan terus menerus mengingat Allah (zikir) sajalah
yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta menyelamatkan hati dari
kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.
Kuatnya iman seseorang dan menerapkan muraqabah (menerapkan
kesadaran bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita dalam segala
keadaan. Bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita rasakan, ucapkan
dan kita perbuat) Aakan menghindari seseorang berbuat menghalalkan
segala cara utk meraih dunia.
Pengabdian penuh khidmat, yaitu saat2 beribadah, kita lakukan dengan
cara tulus ikhlas sepenuh hati kepada-Nya. Insya Allah, Allah akan
menganugerahkan kehidupan yang manis, bersih, bahagia dan baik
Dunia dengan segala pesonanya memang sangat menggoda dan mempesona, dan
kadang kesuksesan seseorang memang diukur dari status sosialnya di
masyarakat, NAMUN HAL TERSEBUT JANGAN SAMPAI MEMBUAT KITA TERJEBAK DAN
TERPERANGKAP CINTA DUNIA. INGATLAH KITA HANYA HIDUP SEMENTARA DI DUNIA
INI, SEMUA HARTA DUNIA YANG KITA BANGGAKAN, TIDAK AKAN KITA BAWA MATI,
HANYA AMAL IBADAH, DAN AMAL KEBAIKANLAH YANG AKAN MENEMANI KITA HINGGA
SAMPAI HARI KITA DIBANGKITKAN NANTI. Jadikanlah dunia hanya sebagai
ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat
nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup
didunia ini.
Make Money Online :
http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar