Hubuddunya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَالْحَيَاةُالدُّنْيَاإِلاَّمَتَاعُالْغُرُوْ

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)


Rabu, 04 Mei 2016

Muhasabah Tahun Baru Hijriyyah 1437 H

Hakikatnya, pergantian tahun tidak ada bedanya dengan pergantian bulan, minggu, hari, jam, atau detik. Bagi seorang muslim, semua pergantian waktu itu harus disikapi dengan sikap yang sama: memperkuat dzikrullah, mengingat Allah ta’ala.
Inilah yang disyaratkan Allah ta’la dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran, 3: 190 – 191)
Memahami hakikat ini, setiap kita hendaknya mau meluangkan waktu untuk tadzakkur (merenung) dan tafakkur (berpikir). Menyegarkan kembali ruhul ibadah, dengan membiarkan tetesan khauf (takut) membasahi qalbu. Menghirup sejuknya raja’ (berharap), tawakkal (berserah diri), dan khusyu’ (tunduk), dengan raghbah (penuh minat), dan rahbah (cemas).
Pergantian waktu ini, hendaknya kita gunakan untuk inabah (kembali), isti’anah (memohon pertolongan), isti’adzah (memohon perlindungan), dan istighotsah (memohon pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan) kepada Allah Ta’ala.
Mari kita bercermin. Adakah ruhani kita tumbuh subur, ataukah kering kerontang? Nafsu manakah yang menguasai jiwa, apakah nafsu amarah bi-shu—yang selalu mendorong pada kejahatan—, nafsu lawwamah—yang mengombang-ambing dalam kebaikan dan kejahatan, ataukah nafsu muthmainnah—yang menentramkan jiwa dalam kebaikan dan ketaatan pada Allah Ta’la ?
Pergantian tahun ini hendaknya menyadarkan kita, tentang pentingnya ri’ayah ma’nawiyah, pemeliharaan maknawi, agar kita terhindar dari penyakit al-wahn (kelemahan jiwa), hubbud dunya wa karohiyatul maut, cinta dunia dan takut mati; menyadarkan kita tentang perlunya jiwa mendapat al-ghida (gizi) yang cukup, berupa ibadah yang dibarengi ruh, bukan sekedar rutinitas dan seremonial belaka; menyadarkan kita tentang perlunya jiwa yang sakit mendapatkan asy-syifa (pengobatan), berupa taubat dan istighfar.
Setahun telah berlalu…
Ada 1700 peluang kewajiban shalat berjamaah. Ia sama dengan 6018 rakaat. Ada peluang 5300 rakaat sunnat rawatib dan witir, ada peluang 420 rakaat qiyamullail, tarawih dan tahajjud…
Berapa banyak peluang di atas yang kita lakukan secara berjamaah? Berapa kali kita shalat berjama’ah di masjid pada barisan pertama? Seberapa besar tingkat kekhusyuan kita dalam shalat-shalat itu? Adakah semua peluang itu mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala?
Ada peluang 92 hari untuk berpuasa Senin dan Kamis, 30 hari peluang berpuasa ayyamul bidh, 1 hari puasa Tasu’a dan 1 hari puasa Asyura…
Berapa hari kita isi peluang-peluang itu dengan berpuasa? Berapa banyak kita memanfaatkan fadhilah-nya?
Ingatlah bahwa kekasih kita, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Barang siapa yang shoum (berpuasa) satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh musim”.(HR. Bukhari).
Ada peluang 12 kali khatam Al-Qur’an, adakah kita menyempurnakannya dan melakukan tadabbur (perenungan) terhadapnya? Sedangkan satu kali khatam sama dengan 305 juta kebaikan!
Ada peluang 130.000 sedekah wajib yang dapat engkau pergunakan, sebab Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاس عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ

“Setiap ruas tulang pada manusia wajib atasnya shadaqah dan setiap hari terbitnya matahari di mana seseorang mendamaikan antara manusia maka terhitung sebagai shadaqah”.(Bukhari Kitab).
Adakah kita telah menunaikan dan memenuhinya? Atau mengupayakannya semaksimal mungkin atau mendekati maksimal? Atau adakah kita telah bertekad dan berniat?
“Beruntung sekali bagi seseorang yang menemukan banyak istighfar dalam lembaran amalnya”.
Ada peluang 50 pekan di mana kita dapat merealisasikan silaturahim dan mengunjungi kerabat, berbakti kepada orang tua, mengunjungi orang sakit dan memenuhi berbagai kepentingan kaum muslimin…
Berapa banyak kita dapat menemukan amal-amal ini? Berapa banyak amal-amal ini yang kita lakukan secara ikhlas karena Allah dan tidak tercampur oleh syahwat nafsu atau kompetisi dengan orang lain, atau mengejar popularitas atau gegap gempitanya media, atau ikut-ikutan kepada sufaha (orang-orang yang bodoh dan tidak memperhitungkan akhirat)?
Kemudian, coba kita lihat amal yang sudah kita lakukan, berapa besar ukurannya? Berapa berat timbangannya, dan berapa banyak pengaruhnya?
Bandingkan antara kebaikan dan keburukan kita? Lalu lihat, berapa banyak kebaikan yang kita tinggalkan dan berapa banyak pula yang kita dapatkan?
Ingatlah kepada ucapan Ibnu Mas’ud RA, “Saya tidak pernah menyesali sesuatu yang seperti penyesalanku kepada suatu hari di mana matahari terbenam yang menjadi pertanda ajalku berkurang sementara amalku tidak bertambah”
(1 Muharram 1437 H)
Kata muhasabah sdh akrab di telinga kita.sebagian orang sdh memahami nya namun tidak sedikit diantara mereka sama sekali belum memahaminya.
Selain itu banyak orang yg sdh memahami pengertian muhasabah tetapi ia tidak juga bermuhasabah.atau mungkin ia sdh muhasabah tetapi tidak merasakan perbedaan yang signifikan.Bahkan ada pula orang yang setelah muhasabah malah merasa dirinya banyak beramal dan tidak pernah berbuat dosa.
Evaluasi diri adalah sebuah kebutuhan manusia.Setiap orang yg ingin hari esok lbh baik dari sekarang dan sekarang lbh baik dari hari kemarin harus rajin mengevaluasi dirinya.Sebab tanpa evaluasi diri kita sulit untuk bisa berubah menjadi lbh baik,dan orang yg tdk mengevaluasi diri akan merasa  dirinya sdh berada pada koridor yang benar.
Semoga Allah menjadikan kita hamba hamba yg istiqomah dalam kebaikan dan perbaikan…Aamiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar